top of page
Victor Chivaldo

Adapting to Immersive Technology #3:Implementasi Virtual Reality di Perguruan Tinggi



Inovasi teknologi berkembang seperti Virtual Reality (VR) di era digitalisasi pendidikan ini telah mendatangkan peluang dan kesempatan baru pada tataran kelembagaan, termasuk perguruan tinggi. Hal ini tampak pada kiprah Yoyon Efendi, M. Kom. selaku pendidik di STMIK Amik Riauyang menyebarkan dampak baik atas implementasi VR dalam praktik pembelajaran yang ia ampu. Tidak hanya itu, ia juga meraih penghargaan ‘Best Paper’ di International Conference Character Education and Digital Learning (ICCEDL) pada 2021 silam. Dalam pengakuannya, kisah penyebaran praktik baik Yoyon Efendi, M. Kom. yang dilandasi Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pengajaran, Penelitian, dan Pengambdian Masyarakat) ini terbantu berkat MilleaLab.


MilleaLab telah menjadi platform edukatif teknologi pendidikan (EdTech) Indonesia yang menyokong pembelajaran di kelas serta selaras dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut. “Saya seorang dosen, otomatis kita ada yang namanya Tri Dharma [...] di pengajaran, kebetulan saya di kampus dikasih mata kuliah VR dan AR. Jadi, antusiasme peserta didik di prodi Teknologi Informasi untuk mengikuti mata kuliah ini sangat besar,” ucap Yoyon Efendi, M. Kom. Di samping itu, menyokong butir kedua Tri Dharma, MilleaLab juga memasuki ranah riset di kalangan dosen oleh sebab kecanggihannya dalam memanfaatkan teknologi VR.


“Luaran dari mata kuliah ini adalah luaran berupa jurnal, buku, dan yang lainnya. Ini mata kuliah baru, karena dulu kalau mau menerapkannya harus pake spek tinggi ya, kita liat MilleaLab kan spek rendah. Pada penelitian, kita juga sudah menghasilkan beberapa paper, ada seminar internasional. Yang terbaru yang kemarin kita capai adalah ‘Best Paper’ pada 2021,” ujar Yoyon Efendi, M. Kom. Ia melanjutkan, “Jadi ada dua mahasiswa bimbingan saya juga yang mengangkat dari MilleaLab ini, dan alhamdulillah yang satu sudah selesai dan kita sudah kita submit di publikasi JComce, lagi nunggu terbit aja lagi. Lalu pengabdian, kita sudah menyebarkan MilleaLab di beberapa sekolah dan alhamdulillah responnya bagus.”


MilleaLab konsisten mendorong kajian teknologi pendidikan mutakhir dan mendapatkan respon baik oleh sekolah-sekolah. Selain Tri Dharma Perguruan Tinggi, Yoyon Efendi, M. Kom. memiliki motivasi tersendiri dalam menularkan ilmu bermanfaat terkait penggunaan VR. “Bagi saya, seorang pengajar itu harus membagikan ilmu. Jadi, kata orang kalau ilmu itu tidak dibagi, ilmu itu akan hilang kan dengan sendirinya. Tapi kalau dibagi, walaupun sedikit kita bisa memberikan dampak juga bagi kampus, masyarakat, ataupun lingkungan kita. Saling berbagi dan apa yang kita bagi itu mudah-mudahan bermanfaat dan menjadi dampak baik, penyemangat juga,” ucap Yoyon Efendi, M. Kom.


Pencapaian Yoyon Efendi, M. Kom tercapai berkat pengalamannya berkenalan dengan aplikasi VR pada 2018. “Jadi, saya pernah dapat dana hibah di 2018 dari PDDikti untuk mengangkat tentang aplikasi VR pada museum dan berisikan 4 tim. Saya merasakan bagaimana susahnya mengcreate objek itu diblender, membuat unity dan lainnya itu sangat berat,” ucap Yoyon Efendi, M. Kom. “MilleaLab ini, sangat simpel gitu, sangat ringan, easy gitu, sangat mudah digunakan. Jadi memang sangat-sangat berkesan betul gitu. Ilmu ini saya coba bagikan juga ke kawan-kawan, ke mahasiswa kita juga di kampus,” lanjutnya. Tidak berhenti pada keunggulan tersebut, MilleaLab turut menciptakan prestasi ilmiah bagi penggunanya, yakni para peserta didik.


“Alhamdulillah lulus ke hibah di buku monograf. Kalau mahasiswa, kesannya karena mata kuliah ini cuma satu semester kan jadi mereka berharap di next semester ada mata kuliah lanjutan gitu. Karena kita juga kan tidak bisa paksakan dalam 1 semester mereka harus expert, jadi dasar-dasar aja agar mereka bisa menimba ilmu lah, salah satunya lewat MilleaLab ini,” ucap Yoyon Efendi, M. Kom. Sederhananya, prestasi ‘Best Paper’ pada seminar internasional 2021 lalu terwujud berkat ketertarikan Yoyon Efendi, M. Kom. pada keunggulan MilleaLab.


“Jadi pembelajaran saat itu banyak yang menggunakan classroom, wa, youtube, dll. Menurut saya itu membosankan, jadi dari ide itu saya coba angkat gimana kalau kita coba VR. Dengan menghadapi peserta didik atau mahasiswa yang generasi Z ini juga kita harus update gitu. Harus ada inovasi,” ucap Yoyon Efendi, M. Kom. Ia pun berharap agar adanya inisiasi dari segala lini untuk memajukan pendidikan imersif yang lebih masif. Pada akhirnya, MilleaLab memajukan pendidikan ke semua stakeholder pendidikan di Indonesia.


“Karena saya lihat lebih banyak yang guru-guru ya dan saya mikir mungkin dengan kita kenali, kita coba lakukan, praktik baiknya dikembangkan, diterapkan dan rasakan sendiri impactnya entah bagi pendidik, peserta didik dan sekolah. Jadi selalu menyebar kebaikan, karena saya merasakan dampaknya,” tutup Yoyon Efendi, M. Kom yang menyelesaikan studi S3 di University Utara Malaysia.


Comments


bottom of page