top of page
Victor Chivaldo

How to Implementing VR in The Classroom #2:Komang Elik Mahayani, ST., SMP Negeri 1 Negara


Maraknya perbincangan mengenai inovasi teknologi Virtual Reality (VR) mendatangkan beragam manfaat, terutama bagi ranah pendidikan. Teknologi VR yang menyajikan dunia 3D imersif tersebut telah menuntun Komang Elik Mahayani, ST., selaku pendidik di SMP Negeri 1 Negara kepada pembelajaran di ruang kelas yang menarik dan fleksibel. Menurut Komang Elik Mahayani, ST., “Dengan VR, kita bisa memasukkan budaya-budaya lokal ke dalamnya dan tentunya bisa dilihat oleh banyak orang. Dampaknya terhadap peserta didik itu saya lihat dari minatnya. Jadi begitu saya membawa kacamata VR tingkat antusiasme peserta didik untuk belajar itu lebih tinggi dari rata-rata.”


Ni Made Candrasekha Mirah Anjani, salah satu peserta didik SMP Negeri 1 Negara, yang akrab dipanggil Rara, turut mengalami dampak positif penggunaan VR. “Dari sekitar SD mungkin. Dari TV, internet, termasuk YouTube itu udah kenal VR. Bedanya kalau dengan metode belajar biasa, ga seru gitu. Tapi kalau memakai VR jadi lebih seru rasanya seperti bermain game. Belajar juga tidak di kelas saja. Jadi lebih semangat buat belajar karena lebih seru, mau setiap hari pakai VR juga gapapa kalo bisa ya,” ungkap Rara. VR dikenali lewat produk teknologi sehari-hari. Pernyataan Rara membuktikan bahwa kesan belajar menggunakan VR tidaklah monoton.

Dampak teknologi VR MilleaLab nyatanya tidak hanya berimbas pada peserta didik saja. Sebagai seorang pendidik, Komang Elik Mahayani, ST. kerap termotivasi berkat motivasi belajar peserta didik di SMP Negeri 1 Negara. Komang Elik Mahayani, ST. memiliki cerita yang sedikit berbeda dibandingkan Rara, salah seorang peserta didiknya. “Tahun 2021 ya, saat lihat teman-teman di Singaraja itu kok ngajarnya enak pake kacamata ya. Makanya saya tertarik untuk ikut di VR ambassador,” ujar Komang Elik Mahayani, ST.


Selanjutnya, Komang Elik Mahayani, ST. kian penasaran saat melihat rekannya yang menggunakan teknologi VR pada 2021 tersebut. Terlebih, fleksibilitas implementasi penggunaan VR di ruang kelas terbukti memiliki dampak tersendiri bagi para peserta didik. “Satu konten pembelajaran di MilleaLab itu buatnya kurang lebih 4 harian lah, tapi itu dengan intensitas waktu yang diambil terus ya. Karena kan dalam VR itu kita harus melihat dan menyesuaikan aset yang ada dengan apa yang akan kita ilustrasikan dalam lingkungan VR. Nah, karena mata pelajaran saya itu seminggu sekali, kami bisa tatap muka di sekolah 2 kali pertemuan. Setelah itu saya bisa minta peserta didik untuk eksplorasi di rumah,” papar Komang Elik Mahayani, ST.


Konten VR MilleaLab secara langsung dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar. Melalui aset-aset dan lingkungan virtualnya, MilleaLab juga membuat proses pembelajaran menjadi lebih intens. Namun, demi memaksimalkan kualitasnya, Komang Elik Mahayani, ST. harus menghadapi tantangan, terutama dalam proses pembuatannya. “Tantangannya ada di proses pembuatan. Awalnya saya buat storyline itu bagus misalkan, tetapi asetnya tidak cocok dengan storylinenya. Jadi saya harus memperhatikan asetnya terlebih dahulu baru membentuk storyline,” ujar Komang Elik Mahayani, ST. Alasan penggunaan teknologi VR pada pembelajaran terbilang cukup sederhana, yakni karena Generasi Z (peserta didik) sangat familiar dengan teknologi.


“Kalau dari penggunaannya, karena peserta didik itu sudah terkenal sebagai kaum Generasi Z dan digital native, jadi relatif tidak mengalami kesulitan. Paling misalnya masalah teknis seperti memori handphone yang terlalu penuh atau mungkin di tengah pembelajaran, internetnya karena kebanyakan jadi agak slow,” ucap Komang Elik Mahayani, ST. Kendala konektivitas internet tidak menghalangi akses pembelajaran VR karena MilleaLab dapat dijalankan hanya dengan jaringan internet lambat, asalkan stabil.


Pengabdian Komang Elik Mahayani, ST. kepada dunia pendidikan bukan tanpa motif yang melatarbelakangi. “Motivasi saya itu secara konsep, peserta didik harus paham. Kedua, saya ingin memperlihatkan bahwa proses pembelajaran itu tidak monoton, hanya di kelas saja. Ketiga, peserta didik harus berpikir bahwa VR tidak hanya sekedar permainan. Jadi, anggapan mereka terkait VR tidak hanya untuk bermain, tetapi juga belajar dengan bantuan teknologi,” ucap Komang Elik Mahayani, ST. Memang sebagai pendidik, keutamaan belajar VR adalah membuat peserta didik semakin paham tentang materi pembelajaran. Pada fase inilah, MilleaLab berperan sebagai penghubung, menciptakan pembelajaran menyenangkan yang terasa seperti bermain.


Comments


bottom of page