“Sudah semestinya pendidik dan peserta didik bergerak dalam satu kesatuan utuh.
MilleaLab adalah penghubung bagi keselarasan elemen dunia pendidikan.”
Fakta ketidakmerataan akses pendidikan kerap disangkutpautkan belum maksimalnya upaya lembaga pemerintahan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan. Namun, fakta tersebut tidak lagi berlaku semenjak MilleaLab menginisiasi inovasi untuk pendidikan. MilleaLab, sebagai platform teknologi Virtual Reality (VR) untuk pembelajaran, menjadi penghubung pendidik dan peserta didik di seluruh wilayah Indonesia. MilleaLab telah melaksanakan berbagai praktik baik berupa kolaborasi hingga pelatihan. Hingga saat ini, MilleaLab aktif dalam menyebarkan praktik baik implementasi VR tersebut dengan tujuan menghantarkan harmonisasi antara dua elemen pendidikan, pendidik dan peserta didik.
Tercatat pada 2021, MilleaLab berkolaborasi dalam program transformasi digital dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dalam rangka meningkatkan literasi digital melalui implementasi teknologi VR. (MilleaLab Updates #3: Peningkatan Literasi Digital Bersama MilleaLab dan KOMINFO). Sehubungan dengan program KOMINFO tersebut, Jelita Cahyaningtiyas, Brand Owner MilleaLab memaparkan satu contoh tantangan yang berkaitan dengan ketidakmerataan akses pendidikan. “Tantangan terbesarnya adalah infrastruktur di wilayah terpencil, misalnya Papua. Listrik dan internet yang terbatas menghalangi semangat belajar para peserta didik untuk menggunakan teknologi VR,” ujar Jelita. Berbicara mengenai keterbatasan tersebut, MilleaLab mengantisipasinya melalui aplikasi-aplikasi inovatif beserta fitur-fiturnya.
Dalam aplikasinya, MilleaLab terdiri dari MilleaLab Creator dan MilleaLab Viewer yang secara efektif menawarkan lingkungan virtual 3D yang imersif. Sederhananya, MilleaLab Creator merupakan aplikasi yang pendidik manfaatkan saat menciptakan konten pembelajaran. Sementara itu, MilleaLab Viewer adalah aplikasi yang peserta didik akses untuk menikmati proses belajar mengajar virtual. Di lain sisi, fitur-fitur MilleaLab yang harus disorot adalah mode offline, mengingat mode tersebut tidak memerlukan jaringan internet untuk akses pembelajaran MilleaLab. “MilleaLab Viewer sudah ada mode offline yang bisa peserta didik gunakan untuk mengakses konten pembelajarannya. Sehingga, peserta didik tidak perlu khawatir jika ingin mengulangi pembelajaran saat tidak ada jaringan internet di rumah,” ungkap Jelita.
Seluruh praktik baik MilleaLab datang dari visi misi MilleaLab, yakni menghubungkan kembali harmonisasi antara pendidik dan peserta didik melalui penggunaan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut KBBI, kata harmonisasi berarti upaya mencari keselarasan. Definisi tersebut sejalan dengan praktik nyata MilleaLab yang terus-menerus mengupayakan harmonisasi pendidik dan peserta didik. Dalam upayanya, MilleaLab pun menyediakan wadah inovatif bagi para pendidik untuk saling berbagi pengetahuan dan wawasan terkait penggunaan MilleaLab selama proses kegiatan belajar mandiri berlangsung. Salah satunya, yaitu melalui komunitas Pendekar VR.
Pendekar VR terbentuk sebagai komunitas edukasi berisikan para pendidik aktif yang menggunakan teknologi Virtual Reality di ruang kelas sebagai anggotanya. Jaringan Pendekar VR tersebar di seluruh Indonesia, dan mereka rutin melakukan pertemuan serta lokakarya bersama. Dengan demikian, harmonisasi antara pendidik semakin terwujud berkat kehadiran Pendekar VR yang kontribusinya memberikan pembelajaran inovatif bagi para peserta didik. Kendati berbagai halangan serta tantangan seringkali membatasi, MilleaLab terus berinovasi dengan kecanggihannya demi menembus keterbatasan tersebut. Sebab, bagaimanapun, upaya harmonisasi pendidik dan peserta didik di seluruh wilayah Indonesia adalah alasan utama MilleaLab menjadi inovasi terdepan bagi pendidikan Indonesia.
Comments