MilleaLab kembali melanjutkan penyebaran praktik baiknya di September 2022 ini, menuju wilayah paling timur di Indonesia. Tidak lain dan tidak bukan adalah Provinsi Papua. Sebelumnya pada tanggal 13 Juli 2022, MilleaLab telah menyebarkan praktik baik di wilayah Sorong, Papua Barat. Secara tidak langsung, hal ini menandakan bahwa wilayah paling timur Indonesia telah mengenal teknologi Virtual Reality dalam penggunaannya pada sektor pendidikan secara lebih massive lagi. Pada dasarnya, kegiatan penyebaran praktik baik MilleaLab di Biak tanggal 4 Oktober 2022 ini, merupakan lanjutan dari rangkaian kolaborasi antara KOMINFO dengan KEMENDIKBUD RISTEK mengenai “Transformasi Digital Sektor Pendidikan”, yang dihadiri oleh Dinas Pendidikan Jayapura, Dinas KOMINFO Jayapura, Pendidik jenjang SMA/SMK, Pengawas Sekolah dan beberapa Kepala Sekolah.
Jika kilas baik sesaat, pada kegiatan MilleaLab di Sorong kemarin, Jelita Cahyaningtyas selaku Brand Owner MilleaLab menyampaikan bahwa “MilleaLab akan secara konsisten dan lebih massive lagi dalam menyebarkan praktik baik di seluruh pelosok negeri kedepannya,” ujarnya. Pernyataan dari Jelita tersebut membuktikan konsistensi MilleaLab dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia sendiri. Bagaimana tidak, pada kegiatan di Biak ini saja dihadiri oleh 50 pendidik SMA dan 50 pendidik SMK yang siap mengadopsi teknologi Virtual Reality pada proses pembelajarannya. Terlebih lagi, MilleaLab sengaja menciptakan kemudahan bagi para pendidik untuk membuat konten pembelajaran berbasis Virtual Reality. Seperti halnya dalam penggunaan yang hanya drag and drop 3D asset saja, layaknya bermain game.
Walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri juga bahwa pendidikan di wilayah Papua sendiri sedikit tertinggal jika dibandingkan dengan kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan sekitarnya. Keterbatasan akses yang ada, menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kemajuannya. Menurut Nava Milleniasari, selaku VR Educator yang bertugas selama di Biak kemarin, menyampaikan bahwa “Kondisi pendidikan di sana sedikit tertinggal dengan daerah-daerah seperti Jakarta, dan Jawa. Namun semangat para pendidik di sana tidak ingin tertinggal. Bahkan antusias dan kreativitasnya selama mengeksplor pembuatan konten VR, perlu diapresiasi. Tidak sampai di sana, konten-konten pembelajaran yang dihasilkan pun sesuai dengan pedagogi pendidikan, yang tentunya wajib untuk diacungi jempol,” ucapnya.
Pada akhir sesi pelatihan, para pendidik diminta untuk presentasi mengenai konten pembelajaran berbasis VR yang telah dibuatnya. Salah satunya adalah Pak Rohan yang merupakan pendidik mata pelajaran matematika di wilayah Biak. Beliau membahas materi mengenai bangun ruang, yang dikemas dalam bentuk petualangan. Di mana para peserta didik harus menjajaki lingkungan kantor, dan setiap titik pemberhentiannya terdapat informasi mengenai jenis-jenis bangun ruang, rumus bangun ruang tersebut, dan jaring-jaringnya. Hingga pemberhentian terakhir, para peserta didik harus menjawab berapa volume bangun ruang tersebut. Dengan begitu, metode pembelajaran seperti ini mampu meningkatkan ketertarikan para peserta didik, karena peserta didik dituntut untuk aktif dalam memecahkan permasalahan dalam konten tersebut.
Melalui kegiatan ini, Nava berharap “Pendidik di wilayah Biak dan Indonesia Timur lainnya dapat terus meningkatkan kemampuan, dan konsistensinya dalam melakukan perubahan baik terhadap dunia pendidikan. Serta dapat menjadi pendidik yang amanah dalam mengemban tugas dan tanggung jawab mereka sebagai garda terdepan pendidikan,” ujarnya ketika menceritakan kisahnya selama kegiatan di Biak. Melalui kegiatan ini juga diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran para pendidik wilayah lain di Indonesia, terkait keberadaan teknologi pendidikan yang ada. Karena pada dasarnya, teknologi sendiri sengaja diciptakan untuk memudahkan aktivitas sehari-hari manusia, bukan sebaliknya. Di samping itu, impact yang ditimbulkan melalui teknologi Virtual Reality juga sudah banyak dibuktikan oleh negara-negara maju di seluruh dunia.
Comentarios